Main Article Content

Abstract

Teknik analisis autokorelasi spasial Moran's I  serta teknik Local Indicators of Spatial Association (LISA) merupakan teknik analisis yang memungkinkan untuk melakukan perencanaan menara telekomunikasi lebih akurat dengan cara mengidentifikasi pola spasial. Penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung estimasi penduduk, pengguna dan trafik seluler yang kemudian dilakukan perhitungan estimasi kebutuhan menara telekomunikasi di seluruh gampong/desa di kota Sabang, lalu di analisis menggunakan autokorelasi spasial Moran’s I dan LISA. Hasil indeks Moran’s I yang diperoleh membuktikan bahwa terdapat autokorelasi negatif pada kondisi eksisting dan autokorelasi positif pada penambahan menara telekomunikasi pada periode 10 tahun dengan pola random. Hasil pengujian LISA pada kondisi eksisting membuktikan bahwa gampong/desa Paya Seunara dan Keunekai memerlukan penambahan menara telekomunikasi dan situasi periode 10 tahun membuktikan bahwa gampong/desa Kuta Timu memiliki autokorelasi yang tinggi karena berada di wilayah yang memiliki estimasi trafik dan pelanggan seluler tinggi.

Keywords

menara telekomunikasi Moran's I Local Index Spatial Autocorrelation (LISA)

Article Details

How to Cite
Rachmadsyah, A. S. (2024). Identifikasi Autokorelasi Spasial pada Perencanaan Menara Telekomunikasi di Kota Sabang. Bappenas Working Papers, 7(1), 16 - 33. https://doi.org/10.47266/bwp.v7i1.235

References

  1. Adipura, S. H. (2013). Pendirian Base Transceiver Station (BTS) di Pemukiman Warga Dikaitkan Dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Menara Telekomunikasi Di Kota Bandung. Universitas Langlangbuana. Tersedia dari: https://repositoryfisip.unla.ac.id/browse/previews/2057 [Diakses: 27 Oktober 2023]
  2. Anselin L. (1995). Local Indicators of Spatial Association-LISA. Geographical Analysis. 27: 93-115.
  3. Badan Pusat Statistik (BPS). (2023). https://www.bps.go.id/indicator/2/395/1/persentase-penduduk-yang-memiliki-menguasai-telepon-seluler-menurut-provinsi-dan-klasifikasi-daerah
  4. Badan Pusat Statistik (BPS). (2023). https://sabangkota.bps.go.id/indicator/12/55/1/laju-pertumbuhan-penduduk- menurut-kecamatan
  5. Elidawati Samosir, G. H. (2011). Studi Awal Perhitungan Jumlah Sel di Wilayah Kabupaten Deli Serdang dalam rangka penerapan kebijakan penggunaan menara bersama Telekomunikasi. ITS.
  6. Endang, H. (2021). Identifikasi Autokorelasi Spasial Pada Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bandung. SIGMA-Mu, 13 (1): 8 - 10.
  7. Fauzi, A. (2014). Perencanaan Kebutuhan Base Transceiver Station (BTS) dan Optimasi Penempatan Menara Bersama Telekomunikasi. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, 4 (3): 151-158.
  8. Molisch, A. F. (2011). Wireless Communication, Second Edition. John Wiley and Sons.
  9. Palilu, A.G., dan Pratomo, I. (2014). Studi Awal Perencanaan Jumlah Kebutuhan BTS dalam Penerapan. Menara Bersama Telekomunikasi di Kota Palangka Raya. Buletin Pos dan Telekomunikasi, 12 (4): 269 – 278.
  10. Pravitasari, A.E., Saizen, I, Rustiadi, E. (2016). Towards resilience of Jabodetabek Megacity: developing local sustainability index with considering local spatial interdependency. Journal Sustain. 4(1): 27-43.
  11. Setiawan, D. (2003). Teknologi Seluler CDMA dan GSM. PT. Elex Media Komputindo.
  12. Suwadi. (2012). Diktat Trafik. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya, Indonesia.
  13. Templ, M, Filzmoser, P, Reimann, C. (2008). Cluster analysis applied to regional geochemical data : problems and possibilities. Applied Geochemistry.
  14. Widyatmoko, dan Mauludiyanto, A. (2015). Perencanaan Jumlah dan Lokasi Menara Base Transceiver Station (BTS) Baru pada Telekomunikasi Seluler di Kabupaten Lumajang Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process-TOPSIS (AHP-TOPSIS). Jurnal Teknik ITS, 4 (1).